Jumat, 27 Agustus 2010

BUDIDAYA BURUNG WALET ( Collacalia fuciphaga )

1. SEJARAH SINGKAT
Burung Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan
suka meluncur. Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran
tubuh sedang/kecil, dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan
runcing, kakinya sangat kecil begitu juga paruhnya dan jenis burung ini tidak
pernah hinggap di pohon.
Burung walet mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah
yang cukup lembab, remang-remang sampai gelap dan menggunakan langitlangit
untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan berbiak.

2. JENIS
Klasifikasi burung walet adalah sebagai berikut:
Superorder : Apomorphae
Order : Apodiformes
Family : Apodidae
Sub Family : Apodenae
Tribes : Collacaliini
Genera : Collacalia
Species : Collacaliafuciphaga

3. MANFAAT
Hasil dari peternakan walet ini adalah sarangnya yang terbuat dari air liurnya
(saliva). Sarang walet ini selain mempunyai harga yang tinggi, juga dapat
bermanfaat bagi duni kesehatan. Sarang walet berguna untuk menyembuhkan
paru-paru, panas dalam, melancarkan peredaran darah dan penambah tenaga.

4. PERSYARATAN LOKASI
Persyaratan lingkungan lokasi kandang adalah:
1) Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl.
2) Daerah yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan
perkembangan masyarakat.
3) Daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging.
4) Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai,
rawa-rawa merupakan daerah yang paling tepat.

5. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
5.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Suhu, Kelembaban dan Penerangan
Gedung untuk kandang walet harus memiliki suhu, kelembaban dan
penerangan yang mirip dengan gua-gua alami. Suhu gua alami berkisar
antara 24-26 derajat C dan kelembaban 80-95 %.
Pengaturan kondisi suhu dan kelembaban dilakukan dengan:
a. Melapisi plafon dengan sekam setebal 20 cm
b. Membuat saluran-saluran air atau kolam dalam gedung.
c. Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk “L” yang berjaraknya 5 m satu
lubang, berdiameter 4 cm.
d. Menutup rapat pintu, jendela dan lubang yang tidak terpakai.
e. Pada lubang keluar masuk diberi penangkal sinar yang berbentuk corong
dari goni atau kain berwarna hitam sehingga keadaan dalam gedung akan
lebih gelap. Suasana gelap lebih disenangi walet.
2) Bentuk dan Konstruksi Gedung
Umumnya, rumah walet seperti bangunan gedung besar, luasnya bervariasi
dari 10x15 m2 sampai 10x20 m2. Makin tinggi wuwungan (bubungan) dan
semakin besar jarak antara wuwungan dan plafon, makin baik rumah walet
dan lebih disukai burung walet. Rumah tidak boleh tertutup oleh pepohonan
tinggi.
Tembok gedung dibuat dari dinding berplester sedangkan bagian luar dari
campuran semen. Bagian dalam tembok sebaiknya dibuat dari campuran
pasir, kapur dan semen dengan perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk
mengendalikan suhu dan kelembaban udara. Untuk mengurangi bau semen
dapat disirami air setiap hari.
Kerangka atap dan sekat tempat melekatnya sarang-sarang dibuat dari kayukayu
yang kuat, tua dan tahan lama, awet, tidak mudah dimakan rengat.
Atapnya terbuat dari genting.
Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat berputarputar
dan resting room sebagai tempat untuk beristirahat dan bersarang.
Lubang tempat keluar masuk burung berukuran 20x20 atau 20x35 cm2
dibuat di bagian atas. Jumlah lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisi
gedung. Letaknya lubang jangan menghadap ke timur dan dinding lubang
dicat hitam.

5.2. Pembibitan
Umumnya para peternak burung walet melakukan dengan tidak sengaja.
Banyaknya burung walet yang mengitari bangunan rumah dimanfaatkan oleh
para peternak tersebut. Untuk memancing burung agar lebih banyak lagi,
pemilik rumah menyiapkan tape recorder yang berisi rekaman suara burung
Walet. Ada juga yang melakukan penumpukan jerami yang menghasilkan
serangga-serangga kecil sebagai bahan makanan burung walet.
1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Sebagai induk walet dipilih burung sriti yang diusahakan agar mau bersarang
di dalam gedung baru. Cara untuk memancing burung sriti agar masuk
dalam gedung baru tersebut dengan menggunakan kaset rekaman dari
wuara walet atau sriti. Pemutaran ini dilakukan pada jam 16.00–18.00, yaitu
waktu burung kembali mencari makan.
2) Perawatan Bibit dan Calon Induk
Di dalam usaha budidaya walet, perlu disiapkan telur walet untuk ditetaskan
pada sarang burung sriti. Telur dapat diperoleh dari pemilik gedung walet
yang sedang melakukan “panen cara buang telur”. Panen ini dilaksanakan
setelah burung walet membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur walet
diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Telur yang dibuang dalam
panen ini dapat dimanfaatkan untuk memperbanyak populasi burung walet
dengan menetaskannya di dalam sarang sriti.
a. Memilih Telur Walet
Telur yang dipanen terdiri dari 3 macam warna, yaitu :
- Merah muda, telur yang baru keluar dari kloaka induk berumur 0–5 hari.
- Putih kemerahan, berumur 6–10 hari.
- Putih pekat kehitaman, mendekati waktu menetas berumur 10–15 hari.
Telur walet berbentuk bulat panjang, ukuran 2,014x1,353 cm dengan
berat 1,97 gram. Ciri telur yang baik harus kelihatan segar dan tidak boleh
menginap kecuali dalam mesin tetas. Telur tetas yang baik mempunyai
kantung udara yang relatif kecil. Stabil dan tidak bergeser dari tempatnya.
Letak kuning telur harus ada ditengah dan tidak bergerak-gerak, tidak
ditemukan bintik darah. Penentuan kualitas telur di atas dilakukan dengan
peneropongan.
b. Membawa Telur Walet
Telur yang didapat dari tempat yang jaraknya dekat dapat berupa telur
yang masih muda atau setengah tua. Sedangkan telur dari jarak jauh,
sebaiknya berupa telur yang sudah mendekati menetas.
Telur disusun dalam spon yang berlubang dengan diameter 1 cm. Spon
dimasukkan ke dalam keranjang plastik berlubang kemudian ditutup.
Guncangan kendaraan dan AC yang terlalu dingin dapat mengakibatkan
telur mati. Telur muda memiliki angka kematian hampir 80% sedangkan
telur tua lebih rendah.
3) Penetasan Telur Walet
a. Cara menetaskan telur walet pada sarang sriti.
Pada saat musim bertelur burung sriti tiba, telur sriti diganti dengan telur
walet. Pengambilan telur harus dengan sendok plastik atau kertas tisue
untuk menghindari kerusakan dan pencemaran telur yang dapat
menyebabkan burung sriti tidak mau mengeraminya. Penggantian telur
dilakukan pada siang hari saat burung sriti keluar gedung mencari makan.
Selanjutnya telur-telur walet tersebut akan dierami oleh burung sriti dan
setelah menetas akan diasuh sampai burung walet dapat terbang serta
mencari makan.
b. Menetaskan telur walet pada mesin penetas
Suhu mesin penetas sekitar 400 C dengan kelembaban 70%. Untuk
memperoleh kelembaban tersebut dilakukan dengan menempatkan piring
atau cawan berisi air di bagian bawah rak telur. Diusahakan agar air
didalam cawan tersebut tidak habis.
Telur-telur dimasukan ke dalam rak telur secara merata atau mendata dan
jangan tumpang tindih. Dua kali sehari posisi telur-telur dibalik dengan
hati-hati untuk menghindari kerusakan embrio. Di hari ketiga dilakukan
peneropongan telur. Telur-telur yang kosong dan yang embrionya mati
dibuang. Embrio mati tandanya dapat terlihat pada bagian tengah telur
terdapat lingkaran darah yang gelap. Sedangkan telur yang embrionya
hidup akan terlihat seperti sarang laba-laba. Pembalikan telur dilakukan
sampai hari ke-12.
Selama penetasan mesin tidak boleh dibuka kecuali untuk keperluan
pembalikan atau mengisi cawan pengatur kelembaban. Setelah 13–15
hari telur akan menetas.

5.3. Pemeliharaan
1) Perawatan Ternak
Anak burung walet yang baru menetas tidak berbulu dan sangat lemah. Anak
walet yang belum mampu makan sendir perlu disuapi dengan telur semut
(kroto segar) tiga kali sehari. Selama 2–3 hari anak walet ini masih
memerlukan pemanasan yang stabil dan intensif sehingga tidak perlu
dikeluarkan dari mesin tetas. Setelah itu, temperatur boleh diturunkan 1–2
derajat/hari dengan cara membuka lubang udara mesin.
Setelah berumur 10 hari saat bulu-bulu sudah tumbuh anak walet
dipindahkan ke dalam kotak khusus. Kotak ini dilengkapi dengan alat
pemanas yang diletakan ditengah atau pojok kotak.
Setelah berumur 43 hari, anak-anak walet yang sudah siap terbang dibawa
ke gedung pada malam hari, kemudian dletakan dalam rak untuk pelepasan.
Tinggi rak minimal 2 m dari lantai. Dengan ketinggian ini, anak waket akan
dapat terbang pada keesokan harinya dan mengikuti cara terbang walet
dewasa.
2) Sumber Pakan
Burung walet merupakan burung liar yang mencari makan sendiri.
Makanannya adalah serangga-serangga kecil yang ada di daerah
pesawahan, tanah terbuka, hutan dan pantai/perairan. Untuk mendapatkan
sarang walet yang memuaskan, pengelola rumah walet harus menyediakan
makanan tambahan terutama untuk musim kemarau. Beberapa cara untuk
mengasilkan serangga adalah:
a. menanam tanaman dengan tumpang sari.
b. budidaya serangga yaitu kutu gaplek dan nyamuk.
c. membuat kolam dipekarangan rumah walet.
d. menumpuk buah-buah busuk di pekarangan rumah.
3) Pemeliharaan Kandang
Apabila gedung sudah lama dihuni oleh walet, kotoran yang menumpuk di
lantai harus dibersihkan. Kotoran ini tidak dibuang tetapi dimasukan dalam
karung dan disimpan di gedung.

6. HAMA DAN PENYAKIT
1) Tikus
Hama ini memakan telur, anak burung walet bahkan sarangnya. Tikus
mendatangkan suara gaduh dan kotoran serta air kencingnya dapat
menyebabkan suhu yang tidak nyaman. Cara pencegahan tikus dengan
menutup semua lubang, tidak menimbun barang bekas dan kayu-kayu yang
akan digunakan untuk sarang tikus.
2) Semut
Semut api dan semut gatal memakan anak walet dan mengganggu burung
walet yang sedang bertelur. Cara pemberantasan dengan memberi umpan
agar semut-semut yang ada di luar sarang mengerumuninya. Setelah itu
semut disiram dengan air panas.
3) Kecoa
Binatang ini memakan sarang burung sehingga tubuhnya cacat, kecil dan
tidak sempurna. Cara pemberantasan dengan menyemprot insektisida,
menjaga kebersihan dan membuang barang yang tidak diperlukan dibuang
agar tidak menjadi tempat persembunyian.
4) Cicak dan Tokek
Binatang ini memakan telur dan sarang walet. Tokek dapat memakan anak
burung walet. Kotorannya dapat mencemari raungan dan suhu yang
ditimbulkan mengganggu ketenangan burung walet. Cara pemberantasan
dengan diusir, ditangkap sedangkan penanggulangan dengan membuat
saluran air di sekitar pagar untuk penghalang, tembok bagian luar dibuat licin
dan dicat dan lubang-lubang yang tidak digunakan ditutup.

7. PANEN
Sarang burung walet dapat diambil atau dipanen apabila keadaannya sudah
memungkinkan untuk dipetik. Untuk melakukan pemetikan perlu cara dan
ketentuan tertentu agar hasil yang diperoleh bisa memenuhi mutu sarang walet
yang baik. Jika terjadi kesalahan dalam menanen akan berakibat fatal bagi
gedung dan burung walet itu sendiri. Ada kemungkinan burung walet merasa
tergangggu dan pindah tempat. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, para
pemilik gedung perlu mengetahui teknik atau pola dan waktu pemanenan.
Pola panen sarang burung dapat dilakukan oleh pengelola gedung walet
dengan beberapa cara, yaitu:
1) Panen rampasan
Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur, tetapi
pasangan walet itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan
yaitu jarak waktu panen cepat, kualitas sarang burung bagus dan total
produksi sarang burung pertahun lebih banyak. Kelemahan cara ini tidak
baik dalam pelestaraian burung walrt karena tidak ada peremajaan.
Kondisinya lemah karena dipicu untuk terus menerus membuat sarang
sehingga tidak ada waktu istirahat. Kualitas sarangnya pun merosot menjadi
kecil dan tipis karena produksi air liur tidak mampu mengimbangi pemacuan
waktu untuk membuat sarang dan bertelur.
2) Panen Buang Telur
Cara ini dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan bertelur dua
butir. Telur diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola ini
mempunyai keuntungan yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen hingga
4 kali dan mutu sarang yang dihasilkan pun baik karena sempurna dan tebal.
Adapun kelemahannya yakni, tidak ada kesempatan bagi walet untuk
menetaskan telurnya.
3) Panen Penetasan
Pada pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas dan
sudah bisa terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah
mulai rusak dan dicemari oleh kotorannya. Sedangkan keuntungannya
adalah burung walet dapat berkembang biak dengan tenang dan aman
sehingga polulasi burung dapat meningkat.
Adapun waktu panen adalah:
1) Panen 4 kali setahun
Panen ini dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan rumah yang dihuni
dan telah padat populasinya. Cara yang dipakai yaitu panen pertama
dilakukan dengan pola panen rampasan. Sedangkan untuk panen
selanjutnya dengan pola buang telur.
2) Panen 3 kali setahun
Frekuensi panen ini sangat baik untuk gedung walet yang sudah berjalan
dan masih memerlukan penambahan populasi. Cara yang dipakai yaitu,
panen tetasan untuk panen pertama dan selanjutnya dengan pola rampasan
dan buang telur.
3) Panen 2 kali setahun
Cara panen ini dilakukan pada awal pengelolaan, karena tujuannya untuk
memperbanyak populasi burung walet.

8. PASCAPANEN
Setelah hasil panen walet dikumpulkan dalu dilakukan pembersihan dan
penyortiran dari hasil yang didapat. Hasil panen dibersihkan dari kotorankotoran
yang menempel yang kemudian dilakukan pemisahan antara sarang
walet yang bersih dengan yang kotor.

9. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
9.1 Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya burung walet di daerah Jawa Barat tahun 1999:
1) Modal tetap
a. Gedung Rp. 13.000.000,-
b. Renovasi gedung Rp. 10.000.000,-
c. Perlengkapan Rp. 500.000,-
Jumlah modal tetap Rp. 23.500.000,-
Biaya penyusutan/bulan : Rp. 23.500.000,-:60 bln ( 5 th) Rp. 391.667,-
2) Modal Kerja
a. Biaya Pengadaan
- Telur Walet 500 butir @ Rp. 5.000,- Rp. 500.000,-
- Transportasi Rp. 100.000,-
- Makan Rp. 50.000,-
b. Biaya Kerja
- Pelihara kandang/bln@ Rp. 5000,- x 3 bln Rp. 15.000,-
- Panen Rp. 20.000,-
Jumlah biaya 1x produksi:Rp. 650.000,-+Rp. 35.000,- Rp. 685.000,-
3) Jumlah modal yang dibutuhkan pada awal Produksi
a. Modal tetap Rp. 13.500.000,-
b. Modal kerja 1x Produksi Rp. 685.000,-
Jumlah modal Rp. 14.185.000,-
4) Kapasitas produksi untuk 5 tahun 1 kali produksi :
a sarang burung walet menghasilkan 1 kg
b sarang burung sriti menghasilkan 15 kg
c untuk 1 tahun, 4 kali produksi, menghasilkan :
- sarang burung walet 4 kg
- sarang burung sriti 60 kg
d untuk 5 tahun, 20 kali produksi, menghasilkan :
- sarang burung walet 20 kg
- sarang burung sriti 300 kg
5) Biaya produksi
a. Biaya tetap per bulan : Rp. 23.500.000,-:60 bulan Rp. 391.667,-
b. Biaya tidak tetap Rp. 685.000,-
Total Biaya Produksi per bulan Rp. 1.076.667,-
Jumlah produksiRp.1.076.667:16 kg (walet dan sriti) Rp. 67.292,-
6) Penjualan
a. sarang burung walet 1 kg Rp. 17.000.000,-
b. sarang burung sriti 15 kg Rp. 3.000.000,-
Untuk 1 kali produksi Rp. 20.000.000,-
Untuk 5 tahun
a. sarang burung walet 20 kg Rp. 340.000.000,-
b. sarang burung sriti 300 kg Rp. 60.000.000,-
Jumlah penjualan Rp. 400.000.000,-
7) Break Even Point
a. Pendapatan selama 5 Tahun Rp. 400.000.000,-
b. Biaya produksi selama 5 th Rp. 1.076.667 x 60 bln Rp. 64.600.000,-
c. Keuntungan selama 5 tahun Rp. 335.400.000,-
d. Keuntungan bersih per produksi 335.400.000 : 60 bln Rp. 5.590.000,-
e. BEP 232.919
8) Tingkat Pengembalian Modal 3 bulan (1 x produksi)

9.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Sarang burung walet merupakan komoditi ekspor yang bernilai tinggi.
Kebutuhan akan sarang burung walet di pasar internasional sangat besar dan
masih kekurangan persediaan. Hal ini disebabkan oleh masih kurang
banyaknya budidaya burung walet. Selain itu juga produksi sarang walet yang
telah ada merupakan produksi dari sarang-sarang alami. Budidaya sarang
burung walet sangat menjanjikan bila dikelola dengan baik dan intensif.

berikut informasi,tips n trik yg gua share:


Bulan Fase Perkembangbiakan

Awal Februari Walet mulai bertelur

Awal-Akhir Maret walet masih bertelur

Awal April Sebagian kecil walet yg masih bertelur

Mei-Juli Walet-walet muda mulai terbang

Desember-Februari Walet muda memasuki fase reproduksi




Awal September Walet mulai bertelur

Awal-akhir Oktober Sebagian besar walet masih bertelur

Desember-Februari Walet-walet muda mulai terbang

Juni-Agustus Walet muda memasuki fase reproduksi



Walet-walet muda mulai mencari pasangan dan kemungkinan menghuni tempat baru sebagai hunian untuk bersarang. Jika populasi makin padat, sebagian walet akan bermigrasi ke bangunan lain. Penyebab lain migrasi ke hunian baru adalah gagal pulang ke gedung asal atau mendapat pasangan baru dari gedung lain. Dengan demikian waktu yang tepat untuk memancing walet adalah pada musim hujan, sekitar bulan Desember, Januari, Februari. Pada musim kemarau sebaiknya pada bulan Juni, Juli, Agustus.


Teknik menggunakan pakan dan air
Walet merupakan burung yang menyukai serangga berukuran kecil dan lunak. Penyediaan pakan tambahan diharapkan memancing kedatangan walet ke gedung baru. Penyediaan serangga di dalam gedung ini dilakukan dengan cara menebarkan jerami di lantai gedung walet atau menimbun bekatul, jagung, gabah, dan gaplek. Di luar gedung, penyediaan pakan dapat dilakukan dengan menanam pohon penghasil serangga, menimbun sampah organik termasuk kotoran ternak, serta menumpuk jerami basah. Keberadaan kolam di sekitar roving area juga dapat memikat walet untuk memasuki gedung.

Teknik menggunakan sarang kertas
Teknik ini memiliki tingkat keberhasilan mencapai 80%. Metode sarang kertas cenderung diterapkan di gedung yang mulai terisi oleh walet. Sarang imitasi ini dibuat dari kertas duplek yang dibentuk seperti mangkuk menyerupai sarang walet asli. Usahakan, kertas duplek ini jangan sampai tercemar oleh minyak, oli, atau zat kimia lainnya. Sebelum dipasang, sarang-sarang tersebut diberi air liur walet. Dalam radius satu meter dipasang sarang kertas minimal empat buah dengan jarak masing-masing 20-25 cm. Pemasangan dilakukan di sirip-sirip gedung, terutama di sisi yang terlindungi sinar matahari.




Makanan burung walet

Makanaan Burung Walet dalam bentuk Serbuk yang menghasilkan Sejenis Seranggga Buah, makanan ini merupakan hasil penelitian dan riset ahli walet dari China dan sudah mulai buktikan dan hasilnya sangat memuaskan.,menigkatkan hasil sarang burung walet anda. Makanan untuk walet ini menghasilkan Bibit Ribuan Serangga yang berfungsi untuk :

1. Menambah populasi walet bermain dan menginap.
2. Menambah stabilitas sarang walet setiap bulannya.
3. Menambah usia dan kesehatan walet.
4. Mencegah migrasi walet ke gedung lain.
5. Menambah probilitas anak walet menjadi walet dewasa.
6. Menambah berat sarang dari 7 gram per sarang menjadi 7,3 gram.
7. Meningkatkan kualitas kulit telur sehingga tidak gampang pecah.
8. Menigkatkan jumlah telor yang menetas.
9. Mencegah walet induk atau anak mati karena kekurangan makanan.

Cara Pakai:

Rendam 1 kg makanan walet ke dalam 3 liter air, biarkan selama 7 hari, akan keluar ulat2 kecil berwarna putih, bisa dibantu dengan botol aqua bekas ukuran kecil untuk perambatan ulat menjadi kepompong, makin banyak perambatan, makin banyak serangga yang jadi.
Pakan ini akan bertahan sampai 4 Bulan.


Cetak Mrutu Melimpah

Memproduksi mrutu sebagai sumber pakan utama kunci sukses beternak walet. Namun, menyediakan mrutu melimpah bukan perkara mudah. Agung Santoso di Mojokerto, Jawa Timur, dapat mencetak puluhan kilo mrutu setiap hari dengan menggunakan tepung.
Bangunan berukuran 10 m x 20 m itu semula gudang. Isinya sejumlah mesin dan beberapa perkakas yang dibiarkan tergeletak di sudut-sudut ruangan. Sejak 2006 Agung Santoso menyulap gudang itu sebagai rumah mrutu. Gudang berlantai semen itu dibuat mirip kumbung jamur. Ada rak bertingkat dengan tampah-tampah persegi panjang berisi bubur yang sudah ditaburi bibit mrutu.
Media bubur itu tidak dibuat sembarangan. Bahan dasarnya kombinasi mi apkir dan tepung kedelai. Bahan-bahan itu dicampur 1:1. Agung mencampur masing-masing 10 kg mi dan tepung kedelai. Campuran bahan itu lantas disiram air hangat dan diaduk sampai berubah jadi bubur. Sebelum ditebar bibit, bubur itu diberi pelengkap berupa vitamin, mineral, dan cairan probiotik penghilang bau.
‘Untuk 20 kg bahan ditabur 1 kg bibit mrutu,’ kata Agung. Mrutu dipanen setelah dipelihara selama 14-15 hari. Dalam kurun waktu itu dari sekilo bibit dihasilkan 7 kg mrutu setiap harinya. Cara panennya mudah, cukup membuka tutup pipa PVC yang ditanam pada dinding bangunan, serangga berkulit lunak itu serta-merta keluar setelah diumpan lampu pijar 5 watt. Berpuluh-puluh kilo mrutu mengalir deras ke dalam kain mirip kasa yang sudah disiapkan untuk menampung. ‘Sampai seratus kilo per hari dapat dibuat,’ ujar Agung.
Menurut Aunu Rauf PhD, ahli serangga dari IPB, langkah yang dijalani Agung membuat mrutu sudah tepat. ‘Secara alami kelompok diptera bersifat saprofag yaitu makan bahan organik yang membusuk,’ ujarnya. Nah bubur tepung merupakan bahan organik yang gampang membusuk.
Pakan terbaik
Produksi pakan melimpah pada ternak walet suatu keharusan. Lihat hitungan-hitungan Boedi Mranata, praktikus walet di Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Untuk menghasilkan 10 kg sarang/panen dibutuhkan 14 kg serangga/hari, dengan asumsi seekor walet butuh 4 g pakan/hari. Andai peternak ingin mendapat 300 kg sarang/panen, artinya perlu tersedia 3 kuintal serangga per hari. Jumlah sebesar itu sulit dipenuhi bila mengandalkan alam.
Menurut Agung mrutu-mirip lalat buah dari genus diptera-terbukti merupakan pakan terbaik untuk ternak walet. Dibandingkan kroto (telur semut rang-rang) dan serangga-serangga kecil lain seperti laron, nyamuk, agas, dan hama tanaman, mrutu lebih kaya gizi. ‘Saya merisetnya selama 15 tahun,’ ujar pemilik Walet Feedmill Group itu.
Uji di laboratorium Sucofindo di Surabaya menunjukkan setiap 100 g mrutu mengandung 10% air, 65,67% protein, 9,08% serat, 17,35% lemak, dan 0,14% mineral. Energi dihasilkan mencapai 4.188 kalori. Jumlah energi itu cukup untuk membuat walet tumbuh, berkembang biak, dan membuat sarang karena Collocalia fuciphaga butuh pakan dengan kandungan: 55-60% protein, 14-17% lemak, 0,15-0,25% kalsium, 0,4-0,6% fosfor, dan 6-9% serat kasar. ‘Jika terpenuhi sarang yang dihasilkan bagus,’ kata Harry K Nugroho, praktikus walet dari Eka Walet Center di Jakarta Barat.
Sebelum diberikan pada walet, mrutu budidaya dimatikan dengan cara direndam dalam air. Selanjutnya mrutu ditaruh dalam saringan dan dibilas beberapa kali sampai bersih, lalu ditiriskan. Untuk mencegah penyakit, mrutu-mrutu itu diberi beberapa obat seperti neubro yang dicampur seliter air. ‘Mrutu direndam selama 2 menit lalu ditiriskan,’ kata Anissa, penanggung jawab perawatan walet milik Agung.
Menurut Agung sebelum disantap walet, mrutu perlu diberi tambahan vitamin dan 13 macam asam amino essensial seperti lisin, arginin, dan metionin. ‘Semua untuk memperlancar metabolisme di tubuh walet,’ ujar Agung. Berapa dosis asam amino itu? Agung belum bersedia menjawab.
Mrutu yang diberikan disesuaikan kebutuhan walet. Contoh piyik umur sehari. Mereka diberi mrutu basah. Pakan itu tidak disuapkan melainkan diasup dengan mendekatkan mulut piyik pada pakan. ‘Kalau diloloh sulit menentukan kenyang atau tidaknya,’ ujar Anissa. Tekstur pakan tidak boleh sembarangan. Lebih dari umur sehari pakan agak basah. Berikutnya sampai siap terbang pakan diberikan yang lebih kering.
Untuk walet dewasa kebutuhan 8 g/ekor/hari setara 4.100 kalori dipenuhi dari mrutu kering. Pakan itu diberikan di atas meja atau disemburkan ke atas lewat blower besar yang didesain seperti kubah terbalik. ‘Dengan blower walet dipaksa menyambar pakan seperti kondisi di alam,’ kata Agung. Nah, beternak walet kini memang lebih mudah setelah mrutu dapat dicetak melimpah.




sumber : http://www.facebook.com/topic.php?uid=86432197257&topic=13978

0 komentar:

Posting Komentar

visit globe