Kamis, 02 September 2010

Surat Frederic Salvi Beredar di Internet


Frederic Salvi, warga Prancis, diduga polisi ikut membantu jaringan teroris di Indonesia.

Kepolisian Indonesia memburu warga negara Prancis, Frederic C Jean Salvi alias Ali karena diduga memberikan mobil Mitsubhisi Galant kepada jaringan teroris untuk bom mobil.

Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri, Komisaris Jenderal Ito Sumardi bahkan mengatakan Salvi juga dicari-cari di negaranya karena ditengarai terlibat dalam organisasi radikal di sana. "Di Prancis ya kan termasuk dalam pencarian," kata Ito beberapa waktu lalu.

Frederic Salvi menjadi buron setelah identitasnya ditemukan dalam satu serial penggerebekan anti terorisme di Jawa Barat 7 Agustus 2010. Serial penggerebekan itu adalah aksi lanjutan polisi membongkar jaringan latihan Islam militan di Aceh.

Sekitar 102 orang tersangka ditangkap, dan 66 diantaranya ditahan, termasuk mantan tokoh Majelis Mujahidin Indonesia Abu Bakar Ba'asyir. Polisi menuduh Ba'asyir ustad mendanai dan melatih kelompok militan itu, dan berencana melancarkan serangan di Jakarta.

Dalam penggerebekan di Jawa Barat itu, polisi menangkap lima tersangka, menyita sejumlah bahan peledak, dan satu mobil yang belakangan diketahui milik Salvi. Mobil itu diduga akan digunakan sebagai bom mobil. Identitas Salvi ditemukan berkat kerja sama dengan Interpol.

Tapi jejak Salvi seakan lenyap. Namanya muncul kembali, tatkala di internet pada Rabu 1 September 2010, beredar surat bantahan atas nama Frederic Salvi. Surat itu dimuat dalam situs Tauhid wal Jihad, dan Da'wah Wal Qital. Tidak diketahui apakah surat itu asli atau tidak. Di situs Da'wah Wal Qital, terdapat link ke laman Arrahmah,com.

Seperti diketahui, Arrahmah.com adalah situs berita perjuangan militan Islam yang didirikan Muhammad Jibril Abdur Rahman, putra mantan terpidana aksi terorisme Abu Jibril.

Dikonfirmasi, Pemimpin Redaksi Arrahmah.com, Muhammad Fachri, mengatakan surat itu kemungkinan memang ditulis oleh Salvi. "Kami pikir, surat tersebut memang dari Frederic Salvi," kata Fachri kepada VIVAnews, Kamis 2 September 2010.

Fachri yakin karena surat itu berbahasa Prancis, asal negara Frederic Salvi. "Isi surat itu juga berimbang, ada versi polisi dan versi dia," ujar Fachri. Dia juga berniat memuat surat itu di situs Arrahmah.com.

Dalam surat itu, Salvi membantah tuduhan yang dialamatkan kepadanya. Surat itu ditulis di Nuakchot, ibu kota Mauritania pada tanggal 25 Agustus 2010. Berikut petikan isi surat berbahasa Prancis yang ditulis Frederic Salvi:

"Apa yang Anda rasakan jika suatu hari menemukan Anda ada di media massa dan dituduh berkomplot dengan teroris?

Nama saya Ali, Salvi Frederic... saya, menurut media, dicari karena berpartisipasi aktif mempersiapkan aksi terorisme di Indonesia. Yang mereka yakini terkait jaringan Al Qaeda.

Saya ingin menyampaikan ringkasan jawaban atas pertanyaan yang berkembang.

Di Indonesia, saya tinggal bersama keluarga sampai April lalu. Setahun penuh saya tinggal di Indonesia. Tiga tahun lainnya saya tinggal berpindah-pindah, antara Indonesia dan Malaysia.

Di mana masalahnya? Media di Indonesia memberitakan bahwa aparat menangkap beberapa orang dan menemukan bukti saya terlibat aksi radikal dan menemukan bahan peledak yang diduga akan digunakan sebagai bom mobil -- yang kebetulan bekas mobil saya. Mobil itu, saya telah menjualnya kepada saudara laki-laki, kenalan saya. Dia mengatakan mobil itu akan digunakan untuk sebuah sekolah dasar Islam.

Namun, polisi menyimpulkan saya telah membantu kelompok teroris, dan bahwa mobil itu akan digunakan untuk menyerang.

Fakta yang benar adalah, saya pernah tinggal di Indonesia, dan mobil yang ditemukan itu adalah mobil lama saya. Apa yang didakwakan pada saya, adalah fitnah.

Saya juga dikatakan lari ke Maroko. Padahal, saya berada di Maroko sejak April lalu, dan tidak ada hubungannya dengan penangkapan itu.

Disebut bahwa saya buronan polisi Indonesia dan Interpol Perancis. Ini tidak lebih dari lelucon besar sebab, pihak otoritas tahu benar di mana saya.

Ketika keluar Indonesia pastinya saya berhubungan dengan pihak Imigrasi, mereka tahu betul kapan saya pergi dan ke mana [Maroko]. Tapi masih saja diklaim saya melarikan diri ke Maroko.

Di Maroko, saya sempat dikarantina tiga hari. Namun akhirnya, mereka melepas saya dengan ucapan maaf dan mengatakan mereka telah menghubungi pemerintah Perancis. Pihak Maroko dan Perancis tahu persis keberadaan saya.

Juga Mauritania, di mana saya berada saat ini. Pemerintah Muritania, juga Perancis tahu posisi saya.

Pertanyaannya, apa alasan mereka aktif mencari saya? Jelas, ini adalah skrenario di media .. bahwa seorang teroris Perancis aktif dalam perencanaan kegiatan teror, juga jadi buruan interpol.

Inilah kesaksian saya -- yang akan terus saya sampaikan pada umum, sampai mereka berhenti menuduhku. Meski, mereka mungkin tidak akan puas dengan keterangan ini."

sumber : VIVAnews

0 komentar:

Posting Komentar

visit globe