Minggu, 03 Oktober 2010

Calon Pilot Itu Jadi Korban Tragedi Pemalang


Jenazah Ignatius Sapta Kurniawan tak langsung dimakamkan. Menunggu kedua orangtuanya.

Duka menyelimuti rumah keluarga besar almarhum Ignatius Sapta Kurniawan yang tewas dalam tragedi tabrakan kereta api (KA) Argo Bromo Anggrek dan KA Senja Utama d di Petarukan, Pemalang, Jawa Tengah.

Keluarga besar yang tinggal di Dusun Plemantung, Desa Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menerima kedatangan jenasah Minggu kemarin. Isak tangis pun pecah ketika peti jenazah korban diturunkan.

Namun, Sapta tak langsung dimakamkan. "Untuk pemakaman adik saya, keluarga masih menunggu kedatangan Ayah dan Ibu yang masih dalam perjalanan menuju Bantul. Namun diperkirakan hari ini orang tua saya sudah tiba,”ujar Kakak kandung Sapta, Danang FS, Senin, 4 Oktober 2010

Danang menceritakan, adiknya sedang menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Penerbangan (STIP) Curug, Tangerang.

Saat hari libur, kata Danang, adiknya ingin berkunjung ke salah satu saudaranya di Semarang, Jawa Tengah dengan menaiki kereta Senja Utama Semarang.

“Namun rencana ini batal karena Tuhan justru memanggil adik saya,” terangnya

Yohanes Mangute dan Umar Usman yang merupakan rekan kerja korban menyatakan, Sapta bekerja di Dinas Perhubungan dan ditempatkan di Bandara Perintis Okaba, Merauke.

Tragedi nahas yang menimpa Sapta bertepatan dengan satu tahun ia bekerja di Bandara Perintis Okaba, Merauke yaitu 2 Oktober 2009 lalu.

“Kita saling terbuka satu sama lain karena hidup dalam daerah terpencil, jauh dari sanak saudara, sehingga kita mengetahui watak satu dengan yang lainnya,” kata Usman.

Usman menambahkan, dirinya sempat berkomunikasi dengan Almarhum, Jumat (1/10) malam sekira pukul 21.00 WIB. Saat itu korban menyatakan baru di Jakarta dan tidak menceritakan akan berkunjung ke rumah saudaranya di Semarang, Jawa Tengah.

“Almarhum hanya menyatakan masih di Jakarta dan tidak cerita akan pergi ke Semarang,” tukas Usman

Selama bekerja di Bandara Perintis Okaba, Merauke kata Usman, Sapta merupakan sosok yang periang dan tidak neko-neko. Almarhum selama hidupnya seringkali menjadi penghibur di antara teman sejawatnya.

Jumadi, salah satu kerabat korban yang tinggal di Dusun Plemantung, Desa Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, DIY menyatakan Alamarhum Sapta saat kecil sempat sekolah di Bantul sebelum pindah ke Papua.

“Saat tumbuh dewasa dan bersekolah di Papau, namun saat libur sekolah, Almarhum sering pulang ke Bantul untuk bersilaturahmi dengan keluarga besar di kampung,” terangnya

Jumadi menyatakan Sapto merupakan adalah anak bungsu dari pasangan HY Kemanto dan Marilah, yang bertempat tinggal di Sentani, Papua. Namun kerabat-kerabatnya baik dari keluarga Ibu dan Ayah Almarhum sebagian besar tinggal di Bantul.

sumber : VIVAnews

0 komentar:

Posting Komentar

visit globe